Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang menjadi identitas dari bangsa Indonesia, sehingga diperlukan pemahaman atas Wawasan Nusantara sebagai nilai dasar Ketahanan Nasional serta sebagai pemersatu keragaman budaya bangsa.
Belakangan ini banyak kita menyaksikan bahwa budaya-budaya bangsa Indonesia diklaim sebagai budaya bangsa lain, misalnya Reog Ponorogo, Tari Pendet, Keris, Batik, serta lagu-lagu daerah yang ditiru. Entah karena masih memiliki sikap Nasionalisme, atau sekedar ikut-ikutan tersulut suasana, segenap bangsa Indonesia ramai-ramai mengutuk negara tersebut sebagai pencuri budaya bangsa lain. Apakah warga negara Indonesia hanya bersatu bila dijajah negara lain atau bila budaya bangsa dicuri bangsa lain saja? lalu dimana peranan warga negara dalam upaya melestarikan budaya bangsa?
Ketika kita mengunjungi daerah-daerah wisata, banyak keindahan-keindahan alam dan budaya yang bisa kita nikmati sebagai rahmat dan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Namun momen indah tersebut malah kita lewatkan dengan menyibukkan diri berfoto ria kesana-kemari. Sudah seharusnya kita mempelajari dan melestarikan budaya-budaya yang ada agar generasi penerus masih bisa menikmatinya, serta mengembangkan nilai-nilai budaya daerah yang membangun kebanggaan masyarakat terhadap daerah, sekaligus bangsa Indonesia.
Sering kita mendengar terjadi kerusuhan-kerusuhan antar etnis di Indonesia yang mengatasnamakan suku maupun agama, misalnya yang terjadi di Sampit dan Poso. Bahkan, terkadang pemicu kerusuhan itu hanya masalah-masalah sepele yang tidak semestinya mengikutsertakan golongan-golongan tertentu. Sebagai bangsa yang menjadikan persatuan dan kesatuan sebagai dasar negara, sudah seharusnya kita mencegah perlakuan diskriminasi guna menghindari sikap sukuisme dan fanatisme kedaerahan yang sempit yang membelenggu kebebasan individu dalam mengembangkan kualitasnya sebagai bangsa yang majemuk. oleh karena itu, diperlukan kesadaran masyarakat dalam menerima keanekaragaman yang ada, serta saling menghormati dan menghargai perbedaan itu sebagai karunia Sang Pencipta, serta peranan lembaga adat dan para pemuka agama dalam mewujudkan suasana aman dan kondusif guna menjalin kerukunan bangsa dan negara.
Pada umumnya kegiatan budaya tradisional selama ini hanya dilaksanakan oleh orang tua, anak-anak cenderung lebih memilih nonton TV dibandingkan belajar tentang budaya. Seiring dengan perkembangan zaman, nilai budaya tradisional mulai terlupakan oleh generasi muda akibat teknologi. Untuk itu saatnya memberikan pelajaran tentang budaya kepada generasi muda terutama di kalangan usia sekolah, dengan melibatkan mereka dalam seluruh kegiatan budaya tradisional, agar mereka mengerti betapa pentingnya budaya yang tidak hanya sebagai ciri khas suatu daerah tetapi juga menceritakan kehidupan para pendahulu kita.
Belakangan ini banyak kita menyaksikan bahwa budaya-budaya bangsa Indonesia diklaim sebagai budaya bangsa lain, misalnya Reog Ponorogo, Tari Pendet, Keris, Batik, serta lagu-lagu daerah yang ditiru. Entah karena masih memiliki sikap Nasionalisme, atau sekedar ikut-ikutan tersulut suasana, segenap bangsa Indonesia ramai-ramai mengutuk negara tersebut sebagai pencuri budaya bangsa lain. Apakah warga negara Indonesia hanya bersatu bila dijajah negara lain atau bila budaya bangsa dicuri bangsa lain saja? lalu dimana peranan warga negara dalam upaya melestarikan budaya bangsa?
Ketika kita mengunjungi daerah-daerah wisata, banyak keindahan-keindahan alam dan budaya yang bisa kita nikmati sebagai rahmat dan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Namun momen indah tersebut malah kita lewatkan dengan menyibukkan diri berfoto ria kesana-kemari. Sudah seharusnya kita mempelajari dan melestarikan budaya-budaya yang ada agar generasi penerus masih bisa menikmatinya, serta mengembangkan nilai-nilai budaya daerah yang membangun kebanggaan masyarakat terhadap daerah, sekaligus bangsa Indonesia.
Sering kita mendengar terjadi kerusuhan-kerusuhan antar etnis di Indonesia yang mengatasnamakan suku maupun agama, misalnya yang terjadi di Sampit dan Poso. Bahkan, terkadang pemicu kerusuhan itu hanya masalah-masalah sepele yang tidak semestinya mengikutsertakan golongan-golongan tertentu. Sebagai bangsa yang menjadikan persatuan dan kesatuan sebagai dasar negara, sudah seharusnya kita mencegah perlakuan diskriminasi guna menghindari sikap sukuisme dan fanatisme kedaerahan yang sempit yang membelenggu kebebasan individu dalam mengembangkan kualitasnya sebagai bangsa yang majemuk. oleh karena itu, diperlukan kesadaran masyarakat dalam menerima keanekaragaman yang ada, serta saling menghormati dan menghargai perbedaan itu sebagai karunia Sang Pencipta, serta peranan lembaga adat dan para pemuka agama dalam mewujudkan suasana aman dan kondusif guna menjalin kerukunan bangsa dan negara.
Pada umumnya kegiatan budaya tradisional selama ini hanya dilaksanakan oleh orang tua, anak-anak cenderung lebih memilih nonton TV dibandingkan belajar tentang budaya. Seiring dengan perkembangan zaman, nilai budaya tradisional mulai terlupakan oleh generasi muda akibat teknologi. Untuk itu saatnya memberikan pelajaran tentang budaya kepada generasi muda terutama di kalangan usia sekolah, dengan melibatkan mereka dalam seluruh kegiatan budaya tradisional, agar mereka mengerti betapa pentingnya budaya yang tidak hanya sebagai ciri khas suatu daerah tetapi juga menceritakan kehidupan para pendahulu kita.
Melalui budaya suatu daerah bisa terkenal dimana-mana. Untuk itu budaya tradisional tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kepedulian kita semua untuk menanamkan rasa percaya diri bagi generasi muda bahwa ternyata budaya tradisional zaman dulu tidak ketinggalan, tetapi masih sangat relevan dengan budaya-budaya saat ini.
Generasi muda berperan penting dalam mengangkat kembali nilai budaya tradisional yang mulai termarginalkan supaya tidak hilang seiring dengan perkembangan teknologi.
Sebagai tujuan kita mempelajari Wawasan Nusantara yaitu untuk memantapkan sikap Nasionalisme yang tinggi dan tekad mengutamakan kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi dan golongan untuk mencapai tujuan nasional dengan diiringi rasa senasib seperjuangan sebagai bangsa yang bertanah air satu, bangsa Indonesia.
Palembang (ANTARA News) – Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan budaya bisa menjadi alat pemersatu bangsa, karena melalui kebudayaan antarwarga masyarakat akan semakin akrab.
“Untuk itu, setiap daerah perlu memperbanyak karnaval budaya, karena kegiatan tersebut dapat memperkokoh persatuan bangsa,” katanya pada pelepasan karnaval budaya menyambut Festival Sriwijaya XIX Tahun 2010, di Palembang, Rabu.
Karnaval budaya yang diikuti 15 kabupaten dan kota itu, merupakan rangkaian kegiatan Festival Sriwijaya yang diselenggarakan setiap tahun.
Dalam pelepasan karnaval budaya itu juga digelar berbagai aktrasi budaya serta kesenian tradisional dari 15 kabupaten dan kota se Sumatera Selatan.
Lebih lanjut menteri mengatakan budaya juga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan, karena mereka ingin mengetahui keanekaragaman budaya nusantara.
Namun, yang lebih penting lagi melalui karnaval budaya bisa menjadi salah satu alat promosi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Gubernur Sumsel Alex Noerdin mengatakan karnaval budaya itu digelar sebagai serangkaian kegiatan Festival Sriwijaya sekaligus menyambut HUT Kota Palembang Juni 2010.
“Mendatang karnaval budaya dan Festival Sriwijaya akan dilaksanakan pada November 2011, bersamaan dengan pembukaan SEA Games,” katanya.
Seni dan budaya sebagai media pemersatu bangsa
Globalisasi telah menjadi kenyataan yang tak terelakan. Dalam konteks percaturan budaya global, kesadaran untuk mempertanyakan isentitas justru semakin besar. Inilah hal yang mengiringi wacana tentang identitas (budaya) dalam globalisasi ini.
Dalam arus besar ini, kesenian lokal yang sekaligus sebagai corong penanaman nilai - nilai atau konsepsi - konsepsi sebagai satu unsur dalam kebudayaan lokal akan semakin tersisihkan. Apalagi yang terjadi pada generasi muda, kebudayaan barat akan semakin menindih kebudayaan lokal kita dalam diri mereka.
Maka tidak heran jika sosok yang kita hadapi sehari - hari dilingkungan kita adlaha sosok yang tidak teridentifikasi sebagai anak bangsa ini ( gaya bicara, kosa kata: semisal, “bajingan” dalam satu syair lagu populer, sopan santun, keramh tamahan, pola pikir, cara berpakaian dan lain sebagainya).
Hal yang harus dilakukan dalam menghadapi ini adalah menumbuhkan kesadaran, bahwa kekuatan lokal dapat sangat efektif untuk bekal memasuki global village (desa global) maupun global culture (budaya global). Kenyataan semacam itu hanya mungkin jika tumbuh kesadaran untuk terus - menerus membangun dialog, baik dalam skala personal maupun komunal, antara yang lokal dan yang global, antara yang traadisi dengan yang modern, dengan tendensi untuk saling melengkapi, dan saling memperkaya.
Nah, seni dalam jenis dan sifatnya adalah tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidup. Seni berkaitan dengan konsepsi ruang, waktu dan keadaan. Maka seni selalu memunculkan nilai - nilai atau konsepsi - konsepsi yang ada dalam lingkungan dimana ia berada. Diseluruh Indonesia terdapat ratusan nilai atau konsepsi semacam ini. Di Jawa ada beberapa jenis nilai seperti tersebut diatas yang sering diangkat sebagai tema karya seni. Di antara nilai - nilai itu termasuk prinsip rukun, prinsip hormat, prinsip mamayu hayuning bawana, mamayu hayuning bangsa, adigang adiguna 9sikap yang sombong0, aja dumeh (jangan sok), ngono yo ngono (begitu ya begitu tetapi jangan begitu) dan laing sebagainya.
Nilai - nilai atau konsepsi - konsepsi yang terhadirkan dalam setiap tampilan kesenian, akan memasuki relung - relung hati setiap manusia yang terlibat dalam peristiwa seni ini (baik itu pelaku maupun penontonnya). Melihat hal semacam inilah maka sudah sangat jelas bahwa kesenian merupakan satu media yang signifikan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan.
Kemampuan dan kesadaran semacam itu hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kapasitas knowledgeable artist, seorang seniman yang memiliki kemampuan dan pengetahuan luas. Seorang seniman yang terus memelihara daya kreasi dan semangat inovasi, serta membuka diri terhadap berbagai kemungkinan. Siapapun yang ingin memberikan kontribusi yang berarti bagi kesenian, bagi kehidupan, dan bagi kemanusiaan secara luas, tak ada pilihan lain kecuali menumbuhkan kesadaran bahwa pergaulan global adalah sebuah keniscayaan. Kemudian setelah itu harus memiliki komitmen dan integritas yang dapat dipertanggung jawabkan.
0 komentar:
Posting Komentar