Konflik
merupakan suatu gejala yang umumnya muncul sebagai akibat dari interaksi
manusia dalam hidup bermasyarakat. Konflik akan timbul ketika terjadi
persaingan baik individu maupun kelompok. Konflik juga bisa dipicu karena
adanya perbedaan pendapat antara komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat
membuatnya saling mempertahankan ego dan memicu timbulnya pertentangan. Bukan
hanya di masyarakat konflik juga bisa terjadi di satuan kelompok masyarakat
terkecil, keluarga, seperti konflik antar saudara atau suami-istri. Berikut ini beberapa pengertian
konflik atau definisi konflik yang dikeluarkan oleh beberapa ahli:
Berstein (1965), konflik
merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang tidak dapat dicegah.
Dr. Robert M.Z. Lawang,
menurutnya konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan,
dimana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan,
tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
Drs. Ariyono Suyono,
menurutnya pengertian konflik adalah proses atau keadaan dimana ada 2
pihak yang berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan
karena adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari
masing-masing pihak.
Soerjono Soekanto, menurutnya konflik adalah proses sosial dimana orang
atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lain yang disertai ancaman dan kekerasan.
Sumber dan
Jenis - Jenis Konflik
Akan membantu memahami suatu konflik dengan menilai sifat dari masalah pada suatu situasi tertentu. Konflik biasanya muncul berasal dari satu atau beberapa sumber berikut ini.
Akan membantu memahami suatu konflik dengan menilai sifat dari masalah pada suatu situasi tertentu. Konflik biasanya muncul berasal dari satu atau beberapa sumber berikut ini.
1 . Konflik
menyangkut informasi
Pada banyak kejadian, pihak-pihak yang berkonflik tidak memiliki informasi yang cukup, atau bahkan tidak meiliki informasi yang sama tentang suatu situasi. Mengumpulkan dan mengklarifikasikan fakta-fakta yang diperlukan dapat menolong meredakan ketegangan yang terjadi.dalam situasi berbeda,pihak-pihak yang bertikai menafsirkan informasi dengan cara yang berlainan atau memberikan bobot kepentigan yang berbeda terhadap informasi yang sama. Diskusi yang terbuka dan masukan dari pihak yang dapat dipercaya akan membantu dalam menilai relevansi dari informasi yang tersedia.
Pada banyak kejadian, pihak-pihak yang berkonflik tidak memiliki informasi yang cukup, atau bahkan tidak meiliki informasi yang sama tentang suatu situasi. Mengumpulkan dan mengklarifikasikan fakta-fakta yang diperlukan dapat menolong meredakan ketegangan yang terjadi.dalam situasi berbeda,pihak-pihak yang bertikai menafsirkan informasi dengan cara yang berlainan atau memberikan bobot kepentigan yang berbeda terhadap informasi yang sama. Diskusi yang terbuka dan masukan dari pihak yang dapat dipercaya akan membantu dalam menilai relevansi dari informasi yang tersedia.
2. Konflik
menyangkut Sumberdaya
Konflik menyangkut berbagai sumberdaya seperti tanah, uang atau benda lain biasanya mudah diidentifikasikan dan sering diselesaikan lewat jalan tawar-menawar / negosiasi. Namun, kadang-kadang walaupun dipermukaan pihak-pihak yang berkonflik seolah saling mempertikaikan sumberdaya tertentu, tetapi sesungguhnya konflik itu menyangkut suatu perkara lain, mungkin tentang relasi atau kebutuhan psikologis salah satu atau kedua belah pihak
Konflik menyangkut berbagai sumberdaya seperti tanah, uang atau benda lain biasanya mudah diidentifikasikan dan sering diselesaikan lewat jalan tawar-menawar / negosiasi. Namun, kadang-kadang walaupun dipermukaan pihak-pihak yang berkonflik seolah saling mempertikaikan sumberdaya tertentu, tetapi sesungguhnya konflik itu menyangkut suatu perkara lain, mungkin tentang relasi atau kebutuhan psikologis salah satu atau kedua belah pihak
3. Konflik
tentang Relasi
Dalam hubungan keluarga, kemitraan bisnis atau organisasi kemasyarakatan, orang sering berselisih pendapat tentang berbagai perkara, tetapi kadang-kadang saling ketergantungan yang tercipta oleh relasi mereka itu melahirkan dimensi destruktif pada aneka perbedaan yang terjadi yang semestinya mudah diselesaikan. Berbagai kejadian dimasa lampau atau kesan dan prasangka yang sudah terbentuk selama bertahun-tahun dapat membuat orang menjadi sangat kaku atau tidak mau mencoba menempuh solusi yang sangat jelas yang berkaitan dengan tujuan, peranan, tangung jawab, dan perbedaan pandangan yang ada.
Dalam hubungan keluarga, kemitraan bisnis atau organisasi kemasyarakatan, orang sering berselisih pendapat tentang berbagai perkara, tetapi kadang-kadang saling ketergantungan yang tercipta oleh relasi mereka itu melahirkan dimensi destruktif pada aneka perbedaan yang terjadi yang semestinya mudah diselesaikan. Berbagai kejadian dimasa lampau atau kesan dan prasangka yang sudah terbentuk selama bertahun-tahun dapat membuat orang menjadi sangat kaku atau tidak mau mencoba menempuh solusi yang sangat jelas yang berkaitan dengan tujuan, peranan, tangung jawab, dan perbedaan pandangan yang ada.
Jenis dan Sumber konflik
Sumber dan Jenis - Jenis Konflik
Akan membantu memahami suatu konflik dengan menilai
sifat dari masalah pada suatu situasi tertentu. Konflik biasanya muncul berasal
dari satu atau beberapa sumber berikut ini.
1 . Konflik menyangkut informasi
Pada banyak kejadian, pihak-pihak yang berkonflik
tidak memiliki informasi yang cukup, atau bahkan tidak meiliki informasi yang
sama tentang suatu situasi. Mengumpulkan dan mengklarifikasikan fakta-fakta
yang diperlukan dapat menolong meredakan ketegangan yang terjadi.dalam situasi
berbeda,pihak-pihak yang bertikai menafsirkan informasi dengan cara yang
berlainan atau memberikan bobot kepentigan yang berbeda terhadap informasi yang
sama. Diskusi yang terbuka dan masukan dari pihak yang dapat dipercaya akan
membantu dalam menilai relevansi dari informasi yang tersedia.
2. Konflik menyangkut Sumberdaya
Konflik menyangkut berbagai sumberdaya seperti tanah,
uang atau benda lain biasanya mudah diidentifikasikan dan sering diselesaikan
lewat jalan tawar-menawar / negosiasi. Namun, kadang-kadang walaupun
dipermukaan pihak-pihak yang berkonflik seolah saling mempertikaikan sumberdaya
tertentu, tetapi sesungguhnya konflik itu menyangkut suatu perkara lain,
mungkin tentang relasi atau kebutuhan psikologis salah satu atau kedua belah
pihak
3. Konflik tentang Relasi
Dalam hubungan keluarga, kemitraan bisnis atau
organisasi kemasyarakatan, orang sering berselisih pendapat tentang berbagai
perkara, tetapi kadang-kadang saling ketergantungan yang tercipta oleh relasi
mereka itu melahirkan dimensi destruktif pada aneka perbedaan yang terjadi yang
semestinya mudah diselesaikan. Berbagai kejadian dimasa lampau atau kesan dan
prasangka yang sudah terbentuk selama bertahun-tahun dapat membuat orang
menjadi sangat kaku atau tidak mau mencoba menempuh solusi yang sangat jelas
yang berkaitan dengan tujuan, peranan, tangung jawab, dan perbedaan pandangan
yang ada.
4. Konflik menyangkut Kepentingan atau Kebutuhan
Aneka kebutuhan manusiawi yang penting dan kuat
seperti kebutuhan akan jati diri, harga diri, atau partisipasi seringkali
menjadi inti konflik yang di permukaan terkesan seperti persaingan menyangkut
benda-benda materi belaka. Kesempatan yang konstruktif bagi individu atau
kelompok masyarakat untuk mengungkapkan aneka kebutuhan mereka dan merasakan
bahwa diri mereka telah didengarkan seringkali amat menentukan dalam mengatasi
jenis-jenis kebutuhan ini. Pemecahan jangka panjang terhadap suatu konflik yang
berkisar pada sumberdaya seringkali ditentukan baik oleh penguasa aneka kepentingan
atau kebutuhan orang-oarang yang terlibat maupun oleh pembagian berbagai
sumberdaya tersebut secara adil.
5. Konflik Menyangkut Struktur
Struktur kemasyarakatan dan organisasi menentukan
siapa yang memiliki akses pada kekuasaan atau sumberdaya, siapa yang wajib
memberi hormat kepada siapa, dan siapa yang memiliki wewenang untuk membuat
berbagai keputusan. Konflik menyangkut atau di dalam struktur seringkali
melibatkan persoalan tentang keadilan dan tujuan-tujuan yang saling tidak
sejalan. Konflik-konflik semacam itu seringkali menuntut usaha bertahun-tahun
untuk menghasilkan perubahan yang konstruktif.
6. Konflik Menyangkut Nilai-Nilai Hidup
Berbagai nilai hidup dan keyakinan
dibentuk oleh pengalaman hidup dan iman kepercayaan. Karena ancaman terhadap
nilai hidup seseorang seringkali dipandang sebagai ancaman terhadap jati
dirinya, maka konflik-konflik menyangkut nilai-nilai hidup biasanya paling
sulit dipecahkan. Kebanyakan orang bereaksi secara defensif terhadap ancaman
semacam ini dan menolak untuk bernegosiasi, mengira bahwa pemecahan konflik
tersebut menuntut mereka untuk mengubah nilai-nilai hidup. Dalam kenyataan,
dengan memberi kesempatan kepada orang yang bertikai untuk menjernihkan
nilai-nilai hidup mereka dan merasa bahwa mereka telah didengarkan serta
dipahami seringkali langkah itu dapat membuat mereka meniggalkan sikap defensif
dan belajar hidup bersama dengan saling menerima berbagai perbedaan yang ada di
antara mereka.
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6
macam :
• Konflik antara atau dalam peran
sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau
profesi (konflik peran (role))
• Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar
keluarga, antar gank).
• Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir
(polisi melawan massa).
• Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang
saudara)
• Konflik antar atau tidak antar agama
• Konflik antar politik.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia konflik adalah
percekcokkan, perselisihan, pertentangan. Konflik berasal dari kata kerja
bahasa latin yaitu configure yang berarti saling memukul. Secara Sosiologis
konflik diartikan sebagai proses social antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan
atau membuatnya tidak berdaya.
Jika dilihat definisi secara sosiologis, konflik
senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat sehingga konflik tidak dapat
dihilangkan tetapi hanya dapat diminimalkan.
Strategi
Penyelesaian Konflik
Penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi
ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua
macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah
sebagai berikut :1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
Sumber : http://rosdianya.wordpress.com/2011/12/16/strategi-penyelesaian-konflik/
Teori-teori Motivasi
1. Teori
Motivasi ABRAHAM MASLOW (Teori Kebutuhan)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada
dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5
tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan
terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan
Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang
lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi.
Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum
kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting;
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan
sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung,
jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki
(berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi,
berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif:
mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian,
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan
diri dan menyadari potensinya).
2. Teori
Motivasi HERZBERG (Teori dua faktor)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan
faktor motivator (faktor intrinsik).
1) Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar
dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan,
kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik),
2) Faktor motivator memotivasi seseorang untuk
berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement,
pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
3. Teori
Motivasi DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X
(negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag
dipegang manajer
a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya
tidak menyukai kerja
b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi
atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua
factor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat
manusia ada empat teori Y :
a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan
sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan
pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
4. Teori
Motivasi VROOM (Teori Harapan )
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of
motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia
yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat
dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang
ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
• Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
• Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang
akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas
untuk mendapatkan outcome tertentu).
• Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti
perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan
sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan
kurang dari yang diharapkan.
5. Teori
Motivasi ACHIEVEMENT Mc CLELLAND (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961),
menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
• Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
• Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan
sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
• Need for Power (dorongan untuk mengatur).
6. Teori
Motivasi CLAYTON ALDERFER (Teori “ERG)
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG
yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan
(relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori
maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak
atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel
dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
7. Teori
Penetapan Tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan
memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
(a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
(b) tujuan-tujuan mengatur upaya;
(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi;
(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan
rencana-rencana kegiatan.
8. Teori
Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas
di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan
pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti
sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan
diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi
ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar
diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan
“hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi
perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan
perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi
yang merugikan.Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut
mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji
yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya
itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan
tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar
menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada
gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang
terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai
ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan
sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada
modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang
digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat
manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh
dengan “gaya” yang manusiawi pula.
Sumber : http://hamdanial.blogspot.com/2012/11/makalah-teori-motivasi.html
0 komentar:
Posting Komentar